Drone LIDAR, semakin murah dan sederhana
Perkembangan drone saat ini yang mampu membawa sensor lidar dan atau sekelas laser scanner membuat metode akusisi data survei topografi jadi semakin mudah. Jika jaman dahulu untuk melewati mata kuliah survei LIDAR atau light detection and ranging butuh waktu sangat lama dan cukup sulit, tergantung apakah kampus dan biasanya bekerja sama dengan instansi pemerintah sedang ada atau tidak project perekaman data LIDAR dengan pesawat. Hanya satu bagian kecil yaitu membuat jalur terbangnya saja bisa dipelajari dalam 6 bulan, itu pun kalau lulus. Karena praktikum pada saat itu cenderung lebih banyak membaca dari teori di buku daripada praktek langsung. Inilah kenapa survei dengan sensor LIDAR merupakan survei dengan biaya yang cukup mahal.
Kemajuan teknologi drone merombak kesan tersebut. Bahkan salah satu step yang cukup menguras waktu dan padat karya berupa strip adjusment saat ini sudah disediakan templatenya oleh beberapa software. Semisal mencari match dengan panduan klasifikasi ground terlebih dahulu, kemudian melakukan perhitungan dan koreksi heading, roll dan pitch kalau dulu harus satu per satu, sekarang cukup klik 1 template saja sudah selesai semua tinggal menunggu hasil. Gambar berikut ini salah contoh parameter yang sudah disediakan template untuk koreksi strip adjusment.
Beberapa macro yang sebelumnya tidak mudah untuk dipahami, saat ini juga telah disediakan template macro seperti membersihkan noise, klasifikasi ground, low vegetation, medium vegetation, dan building. Jadi jangan heran jika kedepannya bahkan skill dan keahlian membuat jalur terbang tak lagi dibutuhkan pada survei LIDAR dengan drone. Semua sudah disediakan secara otomatis pada aplikasi. Sangat mudah simple dan tidak bikin pusing.
Namun akan ada perbedaan untuk pelaku yang memahami konsep dasar tentang penggunaan data LIDAR dengan yang tidak, terutama apabila ada kasus kasus dimana dibutuhkan pengetahuan dasar. Menurut saya kemajuan baik dari segi hardware maupun software akan membawa dampak, ada untung dan ada pula ketidak untungan.
Sebagai contoh untungnya tentang density atau kepadatan point. Karena drone mampu terbang rendah di atas permukaan bumi, maka data yang dihasilkan akan semakin padat, dan rapat. Contoh pada gambar dibawah ini.
Untuk mendapatkan data point yang cukup rapat seperti gambar diatas akan tidak mudah jika survei dilakukan dengan pesawat berawak karena tinggi terbang yang tidak bisa lebih rendah lagi. Ini salah lain dari keuntungan drone LIDAR. Namun tingkat kerapatan point ini akan berimbas pada kebutuhan spesifikasi komputer yang tinggi untuk melakukan pengolahan datanya. Meski semakin berkembang rumus atau macro berupa template dalam mengurangi density point. tapi ini bukan masalah besar. Justru akan menjadi kelebihan drone LIDAR yang tidak diperoleh LIDAR dengan pesawat berawak.
Yogyakarta, 23 September 2023