Memilih kamera UAV atau memilih istri
UAV aerial mapping merupakan sebuah sistem. Selain drone atau unit UAV untuk wahana perekaman data foto format kecil, sistem komunikasi antara ground control station dengan unit UAV, software mosaik, kombinasi pengukuran ground control point, dan software finishing untuk penyajian data akhir saling terkait satu sama lain. Salah satu komponen yang paling vital adalah kamera. Penggunaan kamera pada UAV aerial mapping perlu mempertimbangkan banyak aspek. Berikut tips yang saya sarankan.
- Resolusi kamera, resolusi menentukan kualitas image yang dihasilkan, menggunakan kamera dengan resolusi 12 MP untuk UAV aerial mapping menggunakan fixwing dengan terbang di ketinggian 300 saya rasa perlu dipertimbangkan lagi. Selain cangkupan area yang lebih sempit, dengan ketinggian tersebut resolusi gambar yang dihasilkan kurang memuaskan. Beda kasus apabila terbang dengan drone di ketinggian 100 meter. Tentu foto akan lebih jelas resolusinya.
- Sensor kamera. Beberapa sensor kamera bisa diketahui dari hasil ujicoba shutter. Seperti yang pernah saya coba dengan menggunakan autopilot saya tes CANON IXUS 132 di set jepret per 1 detik selama 3 hari 3 malam nonstop. Dan hasilnya, di hari ke 3 kamera saya khatam dan lunas. Artinya untuk mengetes sensor kamera tahan atau tidak saya harus trial and error. Tahap ini menghabiskan dana yang tidak sedikit.
- Konstruksi bahan. Untuk yang menggunakan unit drone copter syarat kamera dengan konstruksi bahan yang kuat dan bandel tentu berbeda dengan yang menggunakan unit fixwing. Mengapa? Karena unit fixwing rata-rata pada saat landing pada bagian bawah body dimana kamera diletakkan mengalami benturan paling besar. Berbeda dengan unit drone jenis copter dimana kecenderungan landing lebih smooth dibandingnkan UAV jenis fixwing.
- Lensa. Idealnya untuk kegiatan aerial mapping pilihlah kamera yang memiliki lensa datar atau flat. Hindari melakukan aerial mapping dengan kamera berlensa cembung atau fish eye. Karena lensa tersebut menyebabkan distorsi.
- Harga. Tidak selalu kamera dengan harga mahal lebih bagus daripada kamera dengan harga lebih murah. Namun kecenderungan kamera dengan harga lebih mahal memiliki spesifikasi yang lebih baik. Untuk itu perencanaan anggaran pembelian kamera terkait dengan kualitas, dan penggantian berkala ketika sensor shutter sudah mengalami lag. Pastikan efisien dan efektif dengan harga yang dibayarkan.
Kamera untuk unit UAVs fixwing dengan unit untuk drone copter bisa sama atau berbeda. Resiko benturan kamera lebih banyak terjadi pada unit yang terpasang pada UAVs jenis fixwing. Seperti pada gambar dibawah ini. Gambar sebelah kiri disebut jenis UAVs jenis delta fixwing, sedangkan sebelah kanan merupakan jenis unit drone copter.
![]() |
![]() |
Nah, memang untuk menentukan 1 jenis kamera yang handal butuh trial and error dan tidak sedikit biaya yang dibutuhkan agar mendapatkan hasil foto dengan kualitas terbaik. Dan jangan lupa, karena terbangnya UAV itu banyak resiko benturan pada saat landing, maka tidak menutup kemungkinan diperlukan pernggantian berkala untuk kamera yang terpasang pada drone atau UAV.
Ternyata memilih kamera tak kalah ribetnya dengan memilih istri khan!. Semoga bermanfaat.