Mleyot dan Jeglek
Dari sekian banyak diskusi yang sering muncul pada pengolahan data drone/UAV adalah adanya foto yang nampak mleyot atau ketarik-tarik dan juga ga nyambung seperti jalan. Untuk data 3D, permasalahan yang paling sering muncul adalah terjadi patahan atau depresi pada surface yang telah dibuat. Sebagai ilustrasi dari kedua kasus seperti nampak pada gambar berikut ini.

Apa penyebabnya?
Dari pengalaman saya ada beberapa penyebab kasus tersebut, diantaranya yaitu pengolahan yang tidak bersamaan, atau dipisah pisah sehingga menyebabkan perbedaan interpolasi ketinggian terbang, cara pengolahan dan software yang digunakan. Sederhana solusinya adalah dengan registrasi GCP yang merata persebarannya. Namun lebih sederhana lagi adalah dengan mengolah kesemua data dalam 1 satu project. Ada yang menyebutkan dikarenakan perbedaan tinggi terbang. Itu juga tidak keliru, namun kasus tersebut bisa juga terjadi pada data dengan tinggi terbang drone dan dari tempat take off yang sama pula. Perbedaan tinggi terbang dimana input image yang berbeda resolusi jika tepat mengolahnya bisa menghasilkan data yang benar tanpa terjadi patahan/depresi surface.
Berikut ini adalah contoh hasil yang juga sering jadi pertanyaan, yaitu mleyot. Mleyot ini dari banyak kasus disebabkan oleh teknik pengolahan data drone yang tidak tepat langkahnya. Orthomosaik bisa dibentuk dari model DSM yang dinormalkan atau DTM yang dinormalkan. Dengan kata lain kerangka orthomosaic bisa diperoleh dari DSM mapun DTM. Namun kebanyakan yang menggunakan DSM akan lebih banyak menghasilkan data dengan efek tarikan/mleyot. Seperti pada kenampakan berikut ini.


Gambar atas adalah orthomosaic yang dibuat based on DSM, sedangkan gambar yang dibawah adalah orthomosaiv based on DTM. DSM normalized juga bisa digunakan untuk mengkoreksi efek mleyot. Namun untuk lokasi di pinggir project dimana tampalan foto dengan jalur setelah nya tidak ada, efek kenampakan obyek dari sudut samping akan dominan menghiasi hasil orthomosaik seperti nampak pada gambar ke dua diatas.
Yogyakarta, 02 Juli 2019