Setting overlap sidelap foto
Bagi yang sering bermain dengan Mission Planner, pasti sudah familir dengan gambar berikut ini. Saya dapat informasi ini dari Mas Thoha, kabarnya Mission planner yang paling stabil itu versi 1.2.3. Begitulah kiranya karena software ini bersifat open source, tiap update pasti akan ada plus dan minusnya. Tapi tidak ada salahnya dicoba.
Percobaan kali ini saya menggunakan kamera Sony RX100 resolusi 20 Mpiksel. Alasan saya kenapa saya menulis trik ini karena beberapa tahun lalu saya pernah mengalami kerugian dan gagal project karena hasil fotonya tidak ada yang nyambung. Saya berusaha bertanya kesana kemari, tapi ga ada yang mau membantu, mungkin juga karena saya salah bertanya, jadi sesat dijalan. Dan waktu itu saya belum kenal dengan Mas Thoha. Nah cara pendekatan ini bisa sedikit menjawab pertanyaan tersebut.
Saya setting terbang UAV di 350 berdasarkan referensi GPS dia atas ellipsoid. Dari spesifikasi kamera saya peroleh focal lenght sebesar 10.4, pixel width 5472 dan pixel height 3648. Sedangkan sensor width 13.2 dan sensor height 8.8. Teori tentang overlap sedikit saya modifikasi, menjadi 80% dan 70%. Mengapa? karena saya masih kekeh berkesimpulan kalau foto udara format kecil dari 1 frame image hanya akan digunakan sekitar 40 – 50% bagian image dengan distorsi terkecil yang kecenderungannya berada di tengah. Jadi nilai overlap dan sidelap ini erat kaitannya untuk mengoreksi nilai distorsi kamera. Daripada saya kalibrasi secara fisik lensanya yang mahal harganya dan setiap take off landing berubah parameter kalibrasinya, maka saya coba dengan menambah overlap sidelap. Resikonya adalah jumlah flight akan semakin banyak dan waktu pelaksanaan pekerjaan akan semakin lama. Tentu saja ini berimbas terhadap biaya.Bagaimana membuat flight palan di mission planner, bisa dibaca disini.
Itulah sebabnya mengapa mendapatkan trik dan tips singkat ini pun mahal harganya, karena ga semua orang mau membagikan rahasianya. Namun ini bukan satu-satunya metode menghitung sidelap dan overlap. Masih ada metode lain. Gak main-main loh guys, modal untuk 1 pilot project ini gak cuma ratusan ribu atau jutaan, tapi puluhan hingga ratusan juta. Memang bukan saya yang keluar kocek, tapi company partner yang percaya dengan saya. Mengapa mahal? karena saya mengkombinasikan penelitian kecil ini dengan melibatkan GPS RTK yang harganya ratusan juta, client dan beberapa orang yang harus ke lapangan (tentu saja orang-orang yang saya bawa tersebut saya bayar). Dan alat tersebut bukan milik saya. Untuk settingan lain saya biarkan default. Nah bagian penting adalah pada CM/piksel diperoleh 8.12 cm. Nilai ini adalah nilai perkiraan. Bukan nilai pasti. Jadi hasil foto udara nantinya akan mendekati nilai ini setelah dilakukan orthomosaik. Saya yakin diantara rekan-rekan timbul pertanyaan “saya sudah mengikuti langkah tersebut sama persis, mengapa setelah dimosaik hasil GSD nya jauh lebih besar. Metode ini hanyalah pendekatan, karena banyak parameter yang mempengaruhi ketelitian diluar dari yang bisa kita setting, misal kecepatan angin, usia kamera, sensor yang tidak berkualitas, secara spesifikasi harusnya bisa dapat GSD yang teliti, tapi setelah dilakukan pemotretan dan diolah hasilnya berbeda dengan teorinya.
Aerial Mapping itu motode gabungan survei terestris, foto udara format kecil, dan metode pengolahan yang tepat. Artinya langkah diatas hanya salah satu yang menentukan hasil akhir bagus (GSD dalam sub cm atau dibawah 10 cm).
Semoga bermanfaat!.