GCP dengan GARMIN? Bolehkah?
Pertanyaan ini sering diajukan ke saya, “apakah bisa melakukan pengukuran GCP dengan GNSS handheld seperti garmin?”
Kalau pertanyaa bisa atau tidak, jawabnya bisa. Yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah, GCP itu untuk merigistrasi data ukuran apa? Ketelitian berapa yang ingin dicapai?.
Apabila tujuannya untuk meregister data foto udara semisal dari drone atau UAV, perlu kita kupas lebih lanjut mengenai akurasi dan presisi jenis data ini. Untuk mempermudah penjelasan, saya membuat ilustrasi sederhana seperti berikut ini.
Mengapa saya sedikit memberi ilustrasi tentang akurasi dan presisi, karena pengukuran GCP dengan GNSS level navigasi atau handheld sekelas garmin berkaitan erat dengan hal ini. Presisi GNSS level navigasi tidaklah terlalu bagus untuk keperluan pemetaan, namun jika digunakan untuk navigasi semisal mencari jalan atau rumah atau tempat makan masih bisa ditoleransi. Yang kita bahas disini tentu ketelitian dalam sub cm.
Data UAV atau drone memailiki lebel akurasi yang beraneka ragam, namun tingkat presisinya tidak bisa dikatakan buruk. Hanya saja untuk mencapai akurasi sub cm (2-3x GSD) mau tidak mau metode yang harus dipakai adalah dengan meregister data foto udara tersebut ke GCP. Di banyak kasus user menggunakan GNSS seperti garmin memiliki ketelitian 5-15 meter, dan sangat tergantung kondisi lokasi, artinya apa? Apabila kita merekam 1 titik dengan akurasi 5 meter, maka besok jika kita datang lagi di hari yang berbeda, posisi titik yang kita rekam tadi bisa berubah sejauh radius 5 m dari titik yang sudah direkam sebelumnya.
Sekarang kita melihat data foto udara, paling mudah dengan mengoverlay ke google earth, kadang terjadi pergeseran 3-7 meter dari keseluruhan data foto udara tersebut terhadap foto udara di google earth. Meski GE sendiri juga tidak terlalu akurat, cara sederhana ini kita gunakan untuk mengecek tingkat akurasi data foto udara. Saya mengambil parameter terjauh untuk akurasi GNSS navigasi di 15 meter, dan akurasi foto udara di 7 meter. Apabila kita melakukan registrasi data yang secara planemetris meleset dari nilai aslinya sekitar 7 meter, ke titik yang memiliki tingkat kesalahan sejauh 15 meter, apa yang akan terjadi?
Ya, data tersebut semakin jauh melesetnya dari koordinat aslinya. Itu artinya apabila kualitas GNSS drone/UAV kita lebih bagus daripada kualitas titik GCP, sebaiknya tidak menggunakan titik GCP itu untuk meregister peta foto udara. Karena penyimpangannya terhadap nilai sebenernya akan semakin jauh. Tentu saja hal ini sangat bergantung juga dengan kualitas GNSS di drone atau UAV.
Jadi kesimpulannya menggunakan GPS garmin untuk mengukur GCP dan kemudian data GCP dipakai untuk meregister data UAV/Drone, sebenarnya ini sebuah salah kaprah, apabila tujuannya untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik. Ibarat mengkoreksi kesalahan dengan alat yang kesalahannya lebih buruk lagi, yang jadi adalah kesalahan kuadrat. Salah dan lebih salah lagi datanya.
Bahasa awamnya bagi geodet perambatan kesalahan blunder. Blunder yang paling blunder lah istilahnya. Disini apabila kesalahan tidak dikoreksi dengan benar, maka bisa menular. Menyebar dari satu orang ke orang lain, orang yang baru belajar bisa saja dengan sangat meyakinkan mengungkapkan teori mengukur GCP dengan GNSS Hadheld itu benar untuk registrasi data foto udara UAV/Drone. Padahal keliru jika ternyata ketelitian GNSS yang digunakan di UAV/drone lebih baik dari kualitas GNSS Handheld.
Semoga bermanfaat.
Yogyakarta, 2 Juni 2017