Drone vs topografi, kenapa bisa deviasi 1 meter lebih?
Gambar dibawah ini adalah overlay 2 data surface dari UAV fixwing dengan data topografi yang diambil dengan GNSS geodetik metode RTK, real time kinematik.
Apa yang menarik dari tampilan surface dua data tersebut?
Data surface yang berwarna kuning adalah DTM dari UAV fixwing. Dimana klasifikasi dilakukan pada data pointcloud. Hanya kelas ground saja yang dijadikan sumber pembuatan surface.
Data surface yang berwarna merah adalah data hasil pengukuran topografi manual dengan menggunakan GNSS geodetik.
Jika diperhatikan pada overlay kedua data surface tersebut, nampak ada bagian dimana ada data berada diatas data yang lainnya, dan ada bagian data yang berada di bawah data yang lainnya. Selain terkait dengan kerapatan sampling point yang digunakan untuk source pembuatan surface, kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh interpolasi hasil proses MVS, multi view stereo, yaitu perkiraan penempatan posisi sebuah point dari hasil generate piksel.
Pernah mendengar istilah “Dome effect”? Yaitu efek cembung pada permukaan surface dari hasil langkah MVS dan SFM, structur from motion, kalau di salah satu software penglahan data UAV yaitu build dense cloud dan allign photo. Dome effect ini yang melahirkan surface nampak seperti mangkuk di balik yang tidak beraturan posisinya.
Dome effect bisa dikurangi dengan melakukan perapatan jumlah GCP.
Jika data akan direferensikan ke data topografi manual baik menggunakan GNSS RTK maupun menggunakan Total station, sebaiknya GCP yang dipakai adalah titik berdiri Total station termasuk backsight dan foresightnya, atau base GNSS RTK. Jadi sistem refensi koordinat pasti sama. Referensi GCP dan patok berdiri total station ini akan menentukan deviasi surface kedua data yang di overlay akan menghasilkan deviasi yang akurat.
Metode diatas hanya berlaku jika lokasi yang dipetakan adalah area terbuka tanpa vegetasi. tanpa ada kesalahan akibat klasifikasi ground dan non ground, ketelitian surface dari kedua metode bisa diketahui.
Metode ini menjawab pertanyaan kenapa ketika membandingkan data surface hasil dari drone/UAV dengan topograsi bisa mencapai 1 meter lebih perbedaan nya. Mungkin disebabkan oleh penggunaan GCP yang tidak satu sistem referensi.
Perlu diingat pengolahan data drone/UAV memang bisa menghasilkan data 3D dengan ketelitian detil yang lebih presisi, namun metode fotogrametri juga menyimpan kesalahan proyeksi yang berimbas pada terbentukanya dome eefect, cekung-cembung yang tidak merata pada surface yang dihasilkan.
Yogyakarta, 24 Juli 2022