Seberapa penting Autoshutter by Distance itu?
Pernah seorang rekan sesama penggerak foto udara UAV menanyakan kepada saya mengenai autoshutter by distance, seberapa perlu dan seberapa penting.
Mari kita tengok 2 foto diatas, dari 2 project yang berbeda, hanya menggunakan pesawat jenis T-tail, dengan konfigurasi 11.000 MaH mampu menempuh jarak 70 km, dengan durasi terbang hingga 100 menit. Pada ketinggian 400 m, dalam 1 flight mampu merekam area seluas kurang lebih 1000 ha. Ini pun dengan kondisi angin yang menurut kami cukup ekstrem. Type pesawat ini memang tidak seefisien dan secepat model delta, namun memiliki tingkat safety lebih tinggi daripada jenis delta semisal model body skywalker X8, bahkan untuk pilot pemula sekalipun yang baru bisa menangani UAV seminggu terakhir.
Kembali ke pertanyaan diatas.
Manfaat dari autoshutter by distance selain data terlihat rapi, jumlah foto juga sangat efisien. Tidak mubazier dalam artian pesawat dapat dikonfigurasi memotret hanya pada saat memasuki boundary area yang dipetakan. Kamera tidak akan merekam gambar ketika posisi mau take off atau pada saat landing. Hal semacam ini tentu memudahkan proses filtering data.
Manfaat selanjutnya adalah dengan konsistensi data dimana jarak antar foto seragam, ini menunjukkan kualitas foto udara itu sendiri, yang artinya sidelap dan overlap yang di input pada flight control sesuai dengan prakteknya di lapangan ketikan kamera bekerja. Misalkan jika ingin memotret di ketinggian 300 meter, dengan kamera 18 Mp, sidelap dibuat 75%, dan overlap di buat 80%. Maka input yang dibutuhkan di fight control semisal mission planner adalah jarak antar foto 62 meter, jarak antara jalur terbang 104 meter, nilai pendekatan GSD sebesar 8.4 cm. Maka untuk area seluas 145 hektar dengan speed pesawat 46 km/jam waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan misi memotret area tersebut kurang lebih 25 menit.
Maka apabila kita konversi jarak antar foto ke dalam durasi waktu, overlap 80 % itu dipotret setiap 4.7 detik (kecepatan angin bertiup sama, normal tanpa mengurangi speed pesawat). Sedikit saya singgung mengenai kamera. Ada beberapa jenis kamera yang beredar di pasaran yang tidak semuanya mampu melakukan perekaman foto per sekian detik secara konsisten. Pada saat kondisi baru kamera tersebut bisa merekam foto per 3 detik konsisten selama 20 menit, namun seiring penggunakan, kemampuan merekam foto per detik itu akan menurun. Untuk itu menentukan kualitas kamera sangat penting. Tidak ada cara lain selain trial and error hingga menemukan merk kamera yang handal untuk penggunakan di pesawat UAV.
Data yang sama saya upload di software APS Menci. Gambar disamping ini hasilnya. Foto tetap teratur dan rapi. Jarak antar foto sama. Kelebihan lainnya dengan jarak antar foto sama ini adalah memudahkan software seperti Agisoft, APS menci maupun Pix4D bekerja.
Kelebihan ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang tidak memiliki spesifikasi komputer yang tidak tinggi. Data yang teratur dan akurat bisa mengurangi beban kerja komputer. Sehingga untuk area dengan luasan yang sama bisa diolah dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi sedang, tanpa harus menggunakan komputer dengan spesifikasi yang tinggi. Tentu saja hal ini bisa menghemat budget untuk pengadaan komputer baru.
Bagaimana hasilnya jika kita olah dengan menggunakan software lain, semisal pix4D, apakah jarak antar foto masih sama? apakah juga efisien dalam hal waktu dalam processingnya? Berikut ini saya tampilkan hasilnya.
Ternyata masih sama, jarak antar foto jugarapi dan teratur. Jadi penyebab jarak antar foto rapi adalah parameter jarak yang diinput ke flight control. Tapi parameter ini tidak akan berfungsi dengan baik apabila kamera, autopilot dan GPS tidak dikomunikasikan dengan sebuah modul yang diisi logika terbang. Kami menyebutnya modul. Modul inilah yang menterjemahkan perintah dari flight control ke autopilot, sehinggi kamera bisa bekerja berdasarkan parameter jarak yang di input. Apakah bisa dilakukan oleh drone DJI? Jawabannya tidak bisa, karena drone DJI seperti DJI PH3 pro autopilotnya tidak memiliki kemampuan untuk diset pemotretan berdasarkan jarak. Namun autopilot DJI masih bisa diset memotret berdasarkan waktu, tentu saja tingkat rapat-renggang akan sering bertemu apabila terbang di kondisi berangin kencang.
Bagaimana mengecek apakah UAV saya bekerja autoshutter by distance atau tidak?
Metode autoshutter by distance ini hanya bisa dicek setelah memotret dan data di load ke salah satu software pengolahan UAV, seperti Agisoft, APS Menci, atau Pix4D. Bisa jadi parameter yang diinput ke flight control sudah benar berdasarkan jarak, namun setelah di download dan di load ke software pengolahan, jarak antar foto tidak sama, bisa jadi komunikasi antara kamera, autopilot, dan GPS tidak terkoneksi dengan baik. Metode ini yang kami terapkan pada produk-produk buatan kami selama bertahun-tahun. Selain memudahkan pengolahan, beban komputer tidak berat, metode ini sangat efisien untuk user yang tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan konfigurasi pesawat UAV.
Semoga bermanfaat.
Yogyakarta, 5 Mei 2017